Kisah Alfarizi, Anak Muda Perantau yang Bertahan dan Bertumbuh di Jakarta
SULTENG.NEWS -- Dalam perjalanan pulang dari kawasan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, hujan yang membasahi aspal memaksa saya berhenti sejenak. Di tengah rintik yang kian deras, sebuah kedai sederhana masih tampak buka Entog Pedesan Mas Alfarizi, yang berlokasi di Ciputat Timur, searah dengan tujuan perjalanan saya. Sambil menunggu hujan reda, saya memesan seporsi hidangan. Sembari menyiapkan pesanan, Mas Al sapaan akrabnya yang saya ajak berbincang, membuka cerita tentang perjalanan hidup dan usahanya. Rabu (17/12/25).
Pilihan merantau ke Ibu Kota Jakarta kerap menjadi fase penting dalam perjalanan hidup banyak anak muda Indonesia. Perpindahan ruang geografis ini bukan hanya menghadirkan tantangan ekonomi dan sosial, tetapi juga membentuk karakter, daya tahan, serta orientasi masa depan. Dalam konteks tersebut, pengalaman personal anak rantau memiliki nilai dokumentatif yang relevan untuk dibaca secara lebih luas, terutama ketika pengalaman itu disertai proses pendidikan, penguatan mental, dan kemandirian ekonomi.
Salah satu potret perjalanan tersebut tercermin dalam kisah Alfarizi, anak muda perantau asal Tolitoli, Sulawesi Tengah, yang menempuh jalan panjang perjuangan di Jakarta. Alfarizi pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta pada tahun 2016. Keputusan itu lahir dari keinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan sejak ia menamatkan sekolah dasar.
Dengan latar belakang keterbatasan ekonomi keluarga, niat tersebut sempat tertunda. Namun, dukungan orang tua dalam bentuk izin dan doa menjadi landasan awal keberangkatannya. Kesempatan datang ketika lingkungan pendidikan Hidayatullah memberikan dukungan penuh, termasuk pembiayaan keberangkatan ke Jakarta. Momentum ini menjadi titik awal perantauan Alfarizi menuju Ibu Kota.
Pesan penguatan tentang perjuangan anak rantau
Sebagai anak muda perantau, Alfarizi menyampaikan bahwa merantau menuntut kesiapan mental dan kesungguhan menjalani proses. Jakarta, menurut pengalamannya, bukan hanya ruang kompetisi, tetapi juga ruang pembelajaran tentang kemandirian, disiplin, dan ketahanan diri.
Pengalaman hidup jauh dari keluarga sejak usia muda membentuk kesadarannya bahwa setiap kesempatan harus dijalani dengan tanggung jawab. "Ujar Alfarizi".
Pengalaman pendidikan dan pembentukan karakter
Setibanya di Jakarta, Alfarizi menetap di Pesantren Hidayatullah Cipinang, Jakarta Timur, dan melanjutkan pendidikan formal di SMP Al-Kalam. Selama periode 2016–2018, ia menjalani pendidikan dengan disiplin sebagai bagian dari proses pembentukan karakter. Lingkungan pesantren dan sekolah menjadi ruang pembelajaran yang memperkuat nilai kesungguhan, kemandirian, dan konsistensi dalam meraih tujuan hidup.
Ikatan keluarga dan perjalanan emosional
Pada tahun 2018, Alfarizi memutuskan kembali ke kampung halaman di Tolitoli. Keputusan ini dilatarbelakangi oleh kerinduan sang ibu yang selama ini terpisah darinya sejak ia masih bayi. Pertemuan tersebut menjadi momen penting dalam hidupnya, menandai rekonsiliasi emosional setelah sekian lama terpisah oleh keadaan. Pengalaman ini memperkuat pandangannya tentang makna keluarga sebagai sumber kekuatan dalam menjalani perjuangan di tanah rantau.
Selepas fase pendidikan dan pengalaman personal tersebut, Alfarizi melanjutkan perjalanan hidupnya di Jakarta dengan menapaki dunia usaha. Saat ini, ia merintis usaha ayam entog pedesan yang telah berjalan kurang lebih satu tahun.
Alfarizi. (Foto.Hasman.Sulteng.news)
Usaha tersebut awalnya dikembangkan di wilayah Bekasi, sebelum kemudian kembali aktif dan berkembang di Ciputat Timur. Kini, usaha tersebut beralamat di Jalan Rusa No. 96, Ciputat Timur, dan menjadi sumber penghidupan yang dibangun dari nol melalui kerja keras dan konsistensi.
Pengalaman Alfarizi menggambarkan dinamika perjuangan anak muda perantau di Ibu Kota Jakarta, mulai dari proses pendidikan, penguatan mental, hingga kemandirian ekonomi. Perjalanannya mencerminkan realitas bahwa perjuangan di tanah rantau berlangsung secara bertahap, ditempa oleh waktu, jarak, dan ketekunan.
Dari Tolitoli menuju Jakarta, Alfarizi menapaki jalan hidup dengan tekad, doa, dan upaya nyata untuk membangun masa depan.
HASMAN DWIPANGGA.

